Ia akan datang, meskipun saat ini barangkali kita belum siap, atau tak juga datang meskipun kita telah merasa sangat siap. Seorang sahabat pernah mengungkapkan, pernikahan itu ibarat kematian, kita tak mampu menjangkakannya, tapi kita hanya mampu mempersiapkan diri untuknya.
Jadi, sikap terbaik menghadapi hal yang satu ini adalah TAWAKAL. Namun, jangan abaikan IKHTIAR. Ikhtiar sangat perlu, hanya saja, Allah memiliki sifat Qudrat dan Iradat yang perlu kita hadapi dengan kepasrahan.
Ada beberapa pandangan saya mengenai pernikahan, semoga boleh menjadi bahan refleksi.
1. Pernikahan adalah bentuk ibadah, jadi jangan pernah ada kata ITSAR dalam pernikahan. Jika ada seorang meminang, dan secara deennya (agamanya), dia baik, kemudian kita merasa mantap, lantas mengapa kita menolaknya?
Allah berfirman, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki serta hamba-hamba sahayamu yang wanita. Jika mereka miskin, Allah akan membuat mereka kaya dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui." (13 : 38).
Kemudian Rasul juga bersabda, "Wahai pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah, maka segeralah menikah. Karena sesungguhnya menikah itu lebih menjaga kemaluan dan memelihara pandangan mata. Barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, kerana puasa menjadi benteng (dari gejolak berahi)." (HR. Bukhari).
2. Sebuah ibadah, boleh diterima atau tidak, tergantung pada NIAT dan cara pelaksanaannya. Maka, nikah bukanlah akhir dari perjalanan hidup seseorang. Ia bahkan awal dari sebuah perjalanan yang melelahkan. Niat boleh berubah di tengah-tengah proses, bahkan menjelang akhir proses, kematian. Maka, kita harus selalu meng-up-grade niat, dan memperbaiki cara kita berinteraksi dengan bakal pasangan kita, atau pasangan kita sendiri, meski usia pernikahan sudah tak terbilang muda. satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun, tiga puluh tahun?
3. Nikah adalah separuh deen. Jika baik, ia adalah separuh jalan menuju surga. Tetapi jika buruk, maka… ia adalah separuh jalan menuju neraka. Na’udzubillahi min dzaalik. suami mempunyai hak ke atas isteri dan isteri juga mempunyai hak ke atas suami. jika hak-hak itu tak tertunaikan dengan adil dan berhikmah, maka tunggulah azab ALLAH sekarang di dunia, malah di akhirat kelak.
4. Nikah bukanlah sebuah pesta hiburan. Bukanlah prestasi. Bukanlah sebuah kemenangan. Bukanlah sesuatu yang harus dipamerkan. Jadi, jagalah sikap kita. Seringkali para pasangan muda terlalu over mempamerkan kemesraannya di hadapan orang-orang yang masih bujang/single. Berhati-hatilah, jangan dicenderungkan jiwa mereka ke arah ZINA hati.
5. Ketika kita menikah, amanah kita bertambah. Ketika punya anak, semakin bertambah lagi. Maka, hisab kita di akhirat kelak, akan semakin panjang. “Bagaimana kau bersikap terhadap pasanganmu, anak-anakmu, mertuamu, adik-kakak iparmu, dsb…” berat-berat.
Jadi, wahai para bujang, yang telah ingin menikah namun kerana takdir Allah, pasangan belum datang, sedarlah....bahawa sesungguhnya beban antum wa antunna kelak di akhirat, jauuuuuh lebih ringan daripada para ibu, para bapa, yang sibuk penat dengan anak-anak mereka.
Ketika Allah mentakdirkan kita untuk tetap bujang, dan jika kita redha dengan takdir ALLAH, maka Allah telah memberikan kita beban yang lebih ringan untuk menuju syurga. Akan tetapi, menikah tetaplah harus diusahakan. Ikhtiar harus dioptimumkan dengan cara yang HALAL.
.................
Maka para ikhwan/ muslim, brothers/ lelaki,
berusahalah lebih kuat dalam mencari ma’isyah/ muhasabah diri...
Ayuh bekerja lebih keraslah lagi dalam meng-up grade diri. Jangan bermalas-malasan.
Lihatlah deretan para akhwat/ muslimah/ gadis yang tengah menanti… kasihan sekali mereka kerana antum/ kamu seringkali terlalu banyak pertimbangan dan masalah..
Ayuh "binalah" para lelaki yang lain, agar mereka mampu menjadi sesoleh antum, kerana realitinya, populasi lelaki soleh saat ini begitu sedikit jika mahu dibandingkan dengan bilangan perempuan solehah.
Wahai perempuan solehah, qurratul 'ayun (penyejuk mata),
ayuh perkuat diri kita...
Bersiaplah menjadi Ummu Sulaim-Ummu Sulaim baru, yang mampu menghijrahkan Abu Thalhah dan menjadikan keislaman Abu Thalhah sebagai mahar pernikahan.
Bersiap sedialah menjadi Siti khadijah-siti khadijah untuk Muhammad SAW, yang rela meng"infaqkan" suami di jalan ALLAH, yang rela bekorban harta dan jiwa..
Bersiap sedialah menjadi Fatimah-fatimah untuk Ali, yang sentiasa redha dan rendah diri dengan kemiskinan hidup, hingga luka-luka dan kasar tangannya...
Bersiap sedialah menjadi isteri Hanzalah, yang merelakan pemergian Hanzalah ke medan UHUD pada malam pertama pernikahan, lalu syahidlah hanzalah di sana...sehinga Rasulallah menyebut bahawa hanzalah ialah syahid yang dimandikan malaikat, kerana belum sempat bersuci sesudah berjunub..
ayoh, bersedialah!
agar kita mampu mengikhtiarkan perjodohan kita dalam proses yang indah dan bersih.
astaghfirullahal aziim. wallahualam.
5 comments:
Pernikahan bukan untuk mencari orang yang sesuai saja, tapi yang lebih penting adalah menjadi orang yang sesuai.
jazakillahu khair atas penulisan ini. moga menjadi pedoman buat insan2 yang mula menjenguk2 ke arah pernikahan, insyaAllah
iya, dalam PROSES menjadi..Jangan lupa ada musuh bernama VIRUS MERAH JAMBU @ cinta.
BERHATI-HATI.
sebab Realiti cinta menuntut pengorbanan daripada setiap individu yang berani untuk melibatkan dirinya dalam percintaan. Cinta penuh dengan air mata, aliran perasaan yang amat deras dan getaran yang mengilukan hati. Cinta juga penuh dengan keindahan, keselesaan, kehalusan perasaan dan kenikmatan jasmani mahupun rohani. Ini adalah kerana, cinta tidak hanya melibatkan perasaan semula jadi sahaja tetapi juga melibatkan perhubungan antara serta manusia dan perbuatan.
BERHATI-HATI MENJAGA HATI.
astaghfirullahal 'azim
jzkk for the article.. keep on writing:)
Nice kak tiqah! :)
jazakillah khair semua :) alhamdulillah.
Post a Comment