Sunday, August 21, 2011


Pilihan Allah Itulah yang Terbaik
Imam adz-Dzahabi[1] dan Ibnu Katsir[2] menukil dalam biografi shahabat yang mulia dan cucu kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, al-Hasan bin 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa pernah disampaikan kepada beliau tentang ucapan shahabat Abu Dzar, “Kemiskinan lebih aku sukai daripada kekayaan dan (kondisi) sakit lebih aku sukai daripada (kondisi) sehat”. Maka al-Hasan bin ‘Ali berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Dzar, adapun yang aku katakan adalah: “Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu (selain keadaan yang Allah Ta’ala pilihkan untuknya). Inilah batasan (sikap) selalu ridha (menerima) semua ketentuan takdir dalam semua keadaan (yang Allah Ta’ala) berlakukan (bagi hamba-Nya)”.

Atsar (riwayat) shahabat di atas menggambarkan tingginya pemahaman Islam para shahabatradhiyallahu ‘anhum dan keutamaan mereka dalam semua segi kebaikan dalam agama[3].
Dalam atsar ini shahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhumenjelaskan bahwa kondisi susah (miskin dan sakit) lebih baik bagi seorang hamba daripada kondisi senang (kaya dan sehat), karena biasanya seorang hamba lebih mudah bersabar menghadapi kesusahan daripada bersabar untk tidak melanggar perintah Allah Ta’ala dalam keadaan senang dan lapang, sebagaimana yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, "Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan (akan merusak agama) kalian, akan tetapi yang aku takutkan bagi kalian adalah jika (perhiasan) dunia dibentangkan (dijadikan berlimpah) bagi kalian sebagaimana (perhiasan) dunia dibentangkan bagi umat (terdahulu) sebelum kalian, maka kalian pun berambisi dan berlomba-lomba mengejar dunia sebagaimana mereka berambisi dan berlomba-lomba mengejarnya, sehingga (akibatnya) dunia itu membinasakan kalian sebagaimana dunia membinasakan mereka"[4].
Akan tetapi, dalam atsar ini, cucu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, al-Hasan bin 'Aliradhiyallahu ‘anhu mengomentari ucapan Abu Dzar di atas dengan pemahaman agama yang lebih tinggi dan merupakan konsekwensi suatu kedudukan yang sangat agung dalam Islam, yaitu ridha kepada Allah Ta’ala sebagai Rabb (Pencipta, Pengatur, Pelindung dan Penguasa bagi alam semesta), yang berarti ridha kepada segala perintah dan larangan-Nya, kepada ketentuan takdir dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang diberikan dan yang tidak diberikan-Nya[5].
Sikap ini merupakan ciri utama orang yang akan meraih kemanisan dan kesempurnaan iman, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha dengan Allah I sebagai Rabb-nya dan islam sebagai agamanya serta (Nabi) Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasulnya"[6].
Beberapa pelajaran berharga yang dapat kita petik dari kisah di atas:
- Bersandar dan bersarah diri kepada Allah Ta’ala adalah sebaik-baik usaha untuk mendapatkan kebaikan dan kecukupan dari-Nya[7]. Allah berfirman:
{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ}
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya" (QS ath-Thalaaq: 3).
- Ridha dengan segala ketentuan dan pilihan Allah Ta’ala bagi hamba-Nya adalah termasuk bersangka baik kepada-Nya dan ini merupakan sebab utama Allah Ta’ala akan selalu melimpahkan kebaikan dan keutmaan bagi hamba-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah Ta’alaberfirman (yang artinya), "Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepadaku"[8].
Makna hadits ini: Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik persangkaan dan harapannya kepada Allah Ta’ala[9].

- Takdir yang Allah Ta’ala tetapkan bagi hamba-Nya, baik berupa kemiskinan atau kekayaan, sehat atau sakit, kegagalan dalam usaha atau keberhasilan dan lain sebagainya, wajib diyakini bahwa itu semua adalah yang terbaik bagi hamba tersebut, karena Allah Ta’ala maha mengetahui bahwa di antara hamba-Nya ada yang akan semakin baik agamanya jika dia diberikan kemiskinan, sementara yang lain semakin baik dengan kekayaan, dan demikian seterusnya[10].
- Imam Ibnu Muflih al-Maqdisi berkata,”Dunia (harta) tidaklah dilarang (dicela) pada zatnya, tapi karena (dikhawatirkan) harta itu menghalangi (manusia) untuk mencapai (ridha) Allah Ta’ala, sebagaimana kemiskinan tidaklah dituntut (dipuji) pada zatnya, tapi karena kemiskinan itu (umumnya) tidak menghalangi dan menyibukkan (manusia) dari (beribadah kepada) Allah. Berapa banyak orang kaya yang kekayaannya tidak menyibukkannya dari (beribadah kepada) Allah Ta’ala, seperti Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, demikian pula (sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) ‘Utsman (bin ‘Affan) dan ‘Abdur Rahman bin ‘Auf . Dan berapa banyak orang miskin yang kemiskinannya (justru) melalaikannya dari beribadah kepada Allah dan memalingkannya dari kecintaan serta kedekatan kepada-Nya…”[11].
- Orang yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala adalah orang yang mampu memanfaatkan keadaan yang Allah Ta’ala pilihkan baginya untuk meraih takwa dan kedekatan di sisi-Nya, maka jika diberi kekayaan dia bersyukur dan jika diberi kemiskinan dia bersabar. Allah Ta’ala berfirman,
{إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ }
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” (QS al-Hujuraat: 13).

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya"[12].

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 7 Jumadal ula 1432 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
Artikel www.muslim.or.id

[1] Dalam kitab "Siyaru a'laamin nubalaa'" (3/262).
[2] Dalam kitab "al-Bidaayah wan nihaayah" (8/39).
[3] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab "al-Fawa-id" (hal. 141).
[4] HSR al-Bukhari (no. 2988) dan Muslim (no. 2961).
[5] Lihat kitab "Fiqul asma-il husna" (hal. 81).
[6] HSR Muslim (no. 34).
[7] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab "badaa-i'ul fawa-id" (2/766).
[8] HSR al-Bukhari (no. 7066- cet. Daru Ibni Katsir) dan Muslim (no. 2675).
[9] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (2/312) dan “Tuhfatul ahwadzi” (7/53).
[10] Lihat keterangan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab "’Uddatush shaabiriin" (hal. 149-150).
[11] Kitab "al-Aadaabusy syar’iyyah" (3/469).
[12]

Sunday, August 14, 2011

Kesatlah Air Matamu (ii)

Bismillahirrahmanirrahim..

Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang..

Alhamdulillah, sejak menulis post yang pertama, (Kesatlah Air Matamu) minggu lepas.. makin banyak perkara positif yang baik datang dari Allah..

Terima Kasih Allah kerana masih menyayangi diri ini..
Terima kasih Allah kerana sudi membantu diri ini..
Terima Kasih Allah kerana masih menguatkan diri ini..
Terima Kasih Allah...
Kerana mengembalikan semangat tiada putus asa di dalam diri hamba hina ini..

Kini,
Wajah yang muram, berlinangan air mata tiada henti.. kembali ceria tersenyum
Kini..
Hati yang sakit dek kerana tuduhan dan tomahan manusia..
Sudah bersih.. hilang segala rasa kecewa dan sedih..
Yang ada di hati ini..
Hanya kasih sayang dan doa sesama manusia...
Moga kami sama-sama beroleh SyurgaMu,
hidup aman dan damai jika tidak di dunia, di akhirat kelak menanti..

Hati ini harus banyak bersabar, beristigfar.. moga ujian dan musibah yang melanda menjadi kafarah dosa lalu..
Hati ini harus selalu lembut, mengasihi dan menyayangi kepada yang membenci...
Hati ini jua harus sentiasa berlapang dada.. kepada yang menyakiti...

Hati, maka bersihkanlah duhai atiqah...


Rasulullah s.a.w.:
Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk dan rupa kalian, akan tetapi Allah memandang kepada hati sanubari kalian.” (Hadith riwayat Muslim).

Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah...
.............
Credits to : Adik MUni yang menghantar lagu ini...Hijjaz_-_Lukisan_Alam.html
Hidup tidak selalunya indah
Langit tak selalu cerah
Suram malam tak berbintang
Itulah lukisan alam
(Begitu aturan Tuhan)

Jadilah rumput nan lemah lembut
Tak luruh dipukul ribut
Bagai karang di dasar lautan
Tak terusik dilanda badai

Dalam suka hitunglah kesyukuranmu
Dalam senang awasi kealfaanmu
Setitis derita melanda
Segunung kurniaanNya

Usah mengharapkan kesenangan
Dalam perjuangan penuh pengorbanan
Usah DENDAM berpanjangan
Maafkan kesalahan insan
(Begitu ajaran Tuhan)

Hasbiallah, Hasbunallah
HasbiRabbi jalallahu Ya Allah

Dalam diam taburkanlah baktimu
Dalam tenang buangkanlah amarahmu
Suburkanlah sifat sabar
(Di) dalam jiwamu itu





 =) ALHAMDULILLAH ALLAH.


hambamu yang sedang senyum, 
atiqah


Tuesday, August 9, 2011

Kesatlah Air Matamu...

Bismillahirrahmanirrahim..

Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang..
Moga Allah terus meredhai setiap denyut nadi Atiqah, memberi atiqah kekuatan untuk meneruskan hidup yang sentiasa berombak,  moga juga secebis kasih dan cinta Allah meliputi segenap ruang hati ini..

Kesatlah air matamu atiqah...

Banyak ujian pahit yang kau alui akhir2 ini. Ujian yang sudah cukup mampu membuatkan kau terduduk, menangis sayu..Allah, Dialah yang membuat kau tertawa, dan Dialah juga yang membuatkan kau menangis... segalanya ini, adalah takdir Allah untuk menguji tahap iman dan sabar..moga-moga tangisan ini bakal menjadi penyejuk api neraka...dan bakal juga menghapuskan khilaf2 yang dilakukan sedari kecil.. amin ya Rabb..


masih ingatkah pada nasyid kesukaanmu..

"Pandangan Mata selalu menipu...
Pandangan Akal selalu tersalah..
Pandangan Nafsu.. itu melulu..
Pandangan Hati itu yang abadi..
kalau hati itu bersih..."

Kalau hati itu BERSIH..

duhai atiqah, diriku...
Ingatlah...
manusia, kita semua... kau, mereka, dan kamu...
kadang dalam fasa hidup kita semua, sedar atau tidak..
sering berlaku,
sedikit sahaja yang di lihat, namun pelbagai tafsiran dan anggapan di buat...
kadang jua, sedikit sahaja yang di dengar, namun pelbagai hukuman di taburkan...
tanpa bukti, segalanya seolah hakikat...
Astaghfirullah...duhai atiqah,
Allah tidak menyuruh kita terlalu cepat mencari salah teman..
Sesungguhnya hanya Allah,
hanya Allah yang mempunyai telinga, mata yang benar...
Tidak layak engkau, atau bahkan mereka menghukum sesiapa..

Beristigfarlah duhai atiqah,
Beristighfarlah untuk khilafmu yang telah lalu..
Mungkin semua ini kafarah.. kerana Allah sayangkanmu..

oh Atiqah yang sedang menangis,
Ingatkah pada kisah Nabi Allah Muhammad, Nuh, Ibrahim, Yunus..
betapa mereka di hina, di caci maki oleh kaum mereka sendiri..
Hanya kerana apa? hanya kerana mereka mahu mempertahankan hukum Allah di muka bumi..
hanya kerana mereka berusaha memusnahkan aturan nenek moyang yang bertentangan,
memusnahkan segala hukum duniawi yang diada-adakan syaitan laknatullah...
syaitan yang selalu menyesatkan manusia,
yang selalu mengadakan permusuhan-permusuhan..
yang menjadi batu api, duri dalam daging..


Ingatkah atiqah,
suatu masa ibumu memujukmu...
"Betapa mereka di pandang serong, dituduh dengan tuduhan melulu, di hina, di malukan di khalayak ramai...
namun mereka.. mereka masih mereka....
mereka yakin ALLAH bersama mereka..
mereka yakin janji Allah..."
Biarpun dicaci, di maki..mereka tetap mereka..
kerana mereka yakin...
Kun Fayakun.. JIka  Allah berkata "Jadi, maka jadilah"...

.......

 Ya Allah, Tuhan yang Maha Kuat yang Memberi Kekuatan,,,
Kurniakan pada hambaMu atiqah yang sedang tertuduk lemah,
 hati sekuat, seteguh nabi Mu
Agar mudah menjalankan suruhanMu,
Tqa hambaMu, sedar ya Allah,
tiqah hamba yang selalu berbuat khilaf..
namun ya ALLAH, kurniakan atiqah kekuatan untuk meneruskan amal-amal baik,
tidak terpesong, tidak malas dan tidak pernah mengalah...

Ya Allah yang Maha Memberi,
Kurniakan pada atiqah,..
Telinga yang tebal untuk menahan segalan tohmahan manusia ...
Agar tidak terbersit sedikit pun kebencian dan kemarahan di hati kerdil ini..
kebencian yang hanya  bakal memecahkan hubungan saudara se-Islam...
Kami ini bakal  penghuni syurgaMu ya Allah,
sayangilah kami, dan tumbuhkanlah cinta di hati kami...
kerana penghuni syurgaMu itu adalah mereka yang sentiasa berkasih sayang...
yang tidak bercakaran sesama sendiri... yang sentiasa bertoleransi,  memahami...
dan hidup aman damai hingga ke akhir hayat mereka...

Ya Allah yang Maha Lembut,
Lembutkanlah hati atiqah untuk memaafkan...
Cekalkan hati atiqah untuk tidak sedikitpun berdendam sesama manusia...
Lapangkanlah jua hati atiqah untuk sentiasa bersangka baik sesama saudara..
Menjadi selembut Muhammad di Fathul Mekah yang memaafkan penduduk Mekah..
walaupun Baginda dilukai zahir dan batinnya...
Begitu Allah dan Muhammad begitu memaafkan, justeru melupakan..
mengapakah atiqah, Engkau hanya hamba hina tidak mampu melakukan itu?

ingatlah...
Dugaan ini.. Musibah yang menimpa diri ini...
Pasti ada hikmah.. untuk mengangkat darjatMu di sisi Allah..
hanya Allah yang tahu HATImu, hanya Allah yang tahu peribadimu...hanya Allah yang layak memuji atau menghukumMu...

Kuatkan hati atiqah untuk terus bersujud, berdoa meminta ehsan dariMu...

Sesungguhnya Hanya Pada Allah tempat atiqah berserah dan memohon pertolongan..
Allah lah, hanyasanya Tuhan yang Maha Berkuasa ke atas sesuatu..


-hamba hina yang memohon dengan amat sangat-


untuk perkongsian, sedikit cebisan ilmu yang dikongsi sahabat atiqah, yang mana ini sedikit sebnayak mengubati diri atiqah.. moga bermanfaat:


Ada empat perkara asas bagi Muslim yang merasai kesedihan, atau merasakan diri dianayai perlu lakukan:-


1. sentiasa mengucap syukur atas segala yang terjadi. Ucaplah kalimah “Alhamdulillah“, tiap kali musibah menimpa atau tiap kali kita merasa sakit hati atau kecewa atas kekejaman orang terhadap kita maka kita perbanyakkan istighfar. Moga dengan musibah dan kesusahan yang menimpa kita ini akan dapat menghapuskan dosa2 kita.
Perbanyakkan zikrullah dan selawat juga agar hati dan jiwa kita tenang.
sabda Rasulullah SAW:
“Tidak mengenai orang mukmin dari penderitaan sakit, kelelahan, penyakit dan sedih hingga kesusahan yang menyusahkan, melainkan ALLAH akan meleburkan dengannya kesalahan2.”
2. menyerahkan urusan orang-orang yang menganiaya tersebut di tangan ALLAH. Semoga mereka mendapat hidayah ALLAH jua akhirnya.

3. sentiasa yakin dengan janji ALLAH bahawa tiap musibah atau kejahatan makhlukNYA terhadap kita pasti akan memberikan kebaikan buat kita di dunia dan di akhirat apabila kita sentiasa bersyukur dan redha atas kehendak dan tentuanNYA. Berbaik sangka terhadap ALLAH, Pencipta kita.
sepertimana sabda Baginda SAW:
“janganlah kamu berprasangka buruk kepada ALLAH di dalam sesuatu yang DIA telah menetapkan kepadaMU.”
4. Memohon kepadaNYA untuk diberikan keselamatan, redha, rahmat dan segala kebaikan buat kita di dunia dan di akhirat dan minta digantikan kehilangan, musibah dan nasib kita dengan yang lebih baik lagi. Alangkah mudah bagiNYA segala sesuatu untuk kita yang kita rasakan susah itu.
“kerana itu ingatlah kamu kepadaKU, nescaya AKU ingat (pula) kepadamu..” [Surah Al-Baqarah:152]
Antara doa yang harus diamalkan:


Doa Nabi Yunus as

Nabi Yunus berdoa untuk merawat hati yang patah dan terputus dari segala harapan. Baginda as berdoa dan mengatakan:
لا إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحانَكَ إِنّى‏ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمينَ
“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang lalim.”[QS. Al-Anbiya’ [21]: 87]

Allah swt di dalam al-Qur’an berfirman: “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.”[QS. Al-Anbiya’ [21]: 88]

Selamat Berusaha, moga Allah mengeluarkan kedukaan demi kedukaan kita...  wallahuaalam.

Tuesday, August 2, 2011

Dia Merajuk

assalamualaikum wbkh.

dia merajuk dengan ibunya..
sebab ibunya xpernah faham perasaannya..
sebab ibunya tak pernah faham...
sebab ibunya keras....
sebab ibunya banyak bagi alasan yang kurang muhasabah.. kurang wajar pada masa dan tempatnya
sebab ibunya banyak berdalih
sebab ibunya banyak membuat dia terluka.. kata-kata, riak muka, dan sebagianya..

dia merajuk..
kurang berhubungan, tidak mesra lagi..
agar ibunya sedar..
di mana silap salahnya..

moga-moga dia sedar.. kerana dia sudah keterlaluan mentadbir dan mendidik.

sekian.